Gus Dur terlalu mengancam kedudukan elit politik pada waktu itu dengan gaya pemerintahannya yang cenderung main tubruk. Akibat jatuhnya Gus Durlah maka sampai sekarang, presiden-presiden Indonesia selanjutnya “agak melempem”, tak berani bertindak terlalu keras, karena “takut” dikudeta oleh parlemen melalui pemakzulan. Gus Dur tak membentuk koalisi yang stabil dan kuat. Kabinetnya pun tak memiliki kesatuan.

Jokowi awalnya serupa tak punya koalisi yang kuat, dijepit dari 4 penjuru. Ia terus mengasah taringnya bermain halus tapi menerkam. Ditambah tak mempan disuap maka tak heran lawannya tak hanya satu. Sebagian “Playing to be a hero” yg tak kalah garang dibandingkan yang dibackup mafia. Berbeda seperti Gus Dur, satu per satu “dijinakkan” agar tugas mulia bisa tuntas. Bukan langsung ditubruk.

Juga belajar dari Gus Dur, lawannya pun sekarang punya alat baru. Dengan resource tak terbatas, sosial media menjadi andalan tempat kawan menjadi lawan. Isu yang mendeligitimasi pemerintah terus bergulir, sudah 8 tahun bahan bakarnya tak habis-habis. Mungkin karena sponsornya miliki dana gigantik. Mereka bisa jadikan bensin untuk justifikasi sesuai kemauannya. Dibakar hingga kepulan api terakhir, demi 2024.

Namun mereka tak mengira, sosial media pun balik menjadi lawannya. Seiring penyebaran akses yang merata, informasi cepat tersebar dinetralisir. Gairah nasionalisme ikut terbakar. Pahlawan-pahlawan baru terkumpul bermunculan. Semua bisa. Semua tak tinggal diam. Setiap akun punya pikiran, dituangkan dengan gaya tersendiri. Dibaca teman dekatnya sampai follower baru yang tak pernah bertemu. Bukan membela Jokowi, tapi untuk negeri yang lebih baik. Karena pemerintah pun tak luput kena kritik. Asyik, demokrasi gaya baru lewat platform Mang Zuki dan Kanda Elon.

Pilihannya sekarang adalah berjalan dan menjadi pahlawan bersama-sama atau tetap menjadi pecundang yang terus mengganggu jalan kemajuan bangsa. Ingat kata Gus Dur, negara ini harus diselamatkan dari perpecahan. At any cost.

SelamatHariPahlawan

*Penulis: Rully Achdiat Santabarata

Orang Indonesia lagi ‘Ngamen’ Di London

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here