Menteri BUMN Erick Thohir(Foto Dok. Kementerian BUMN)

Upaya menghadapi resesi global dan antisipasi dampak krisis pangan yang sangat menjadi kebutuhan pokok rakyat tidak boleh berkepanjangan sehingga harus membentuk ketahanan dan kedaulatan pangan agar tidak bergantung kepada negara lain.

Negara harus hadir dan bertindak cepat mengelola dengan mengusahakan agar bisa mencapai target swasembada guna mengantisipasi dampak ancaman krisis pangan tersebut.

Tindakan terukur harus ada kebijakan dari pemerintah yang mendukung para petani agar bisa meningkatkan produktivitas hasil panennya bisa terkendali stabilitas harga dan komoditas serta terjaga secara aman dalam menghadapi resesi.

Oleh karenanya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir gerak cepat memerintahkan sejumlah BUMN dalam mengantisipasi krisis pangan. Salah satunya untuk mengambil peran sebagai off taker atau menyerap produksi petani saat panen.

Langkah ini sejalan dengan perintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai upaya untuk mengantisipasi resesi global di tahun depan. Erick Thohir mendapat mandat dari Jokowi untuk melindungi petani melalui penyerapan yang dilakukan oleh BUMN.

Pengamat Ekonomi Pangan Razikin Juraid mengatakan, program off taker yang dinakhodai oleh Menteri BUMN Erick Thohir sangat tepat dalam rangka melindungi petani dari resesi.

Menurut Razikin, selain untuk membantu petani saat harga panen anjlok, tetapi juga menumbuhkan gairah petani untuk terus menjaga produksi hasil tani mereka.

“Harus begitu supaya gairah petani juga tetap terjaga begitu, pemerintah menjamin pasca panen itu karena memang ketika ini supply and demand saja, ketika pasca musim panen tentu harga-harga akan mengalami penurunan, nah disitulah hadirnya pemerintah,” kata Razikin saat dihubungi, Rabu (7/12).

“Saya kira untuk membeli mengamankan pangan-pangan kita beras-beras kita jagung kedelai padi macam-macam itu sehingga psikologi petani juga tetap terjaga begitu,” sambungnya.

Menurut Razikin, salah satu permasalahan yang sering dihadapi petani adalah anjloknya harga di pasar. Untuk itu, peran BUMN sebagai off taker ini diharapkan dapat menyelamatkan petani, serta menumbuhkan semangat petani agar tidak berhenti bertani.

“Selama ini kan terkadang ketika selesai musim panen harga mengalami anjlok, akhirnya tidak ada yang menjaga itu, dan petani mengalami stress. Saya kira gudang-gudang Bulog harus diisi penuh dari hasil petani, saya kira langkah yang cukup baik kita apresiasi itu, pemerintah membeli pasca panen, ini musim panen kita beli, kita simpan di gudang,” ucapnya.

Dikatakan Razikin, program off taker BUMN perlu disertakan dengan kebijakan stop impor dari luar, khususnya terkait dengan produk-produk yang bisa dihasilkan oleh petani Indonesia.

“Tentu yang pertama kita jangan buru-buru impor, kita harus hitung baik-baik karena kita juga tidak ingin di musim panen begini kita melakukan impor, kita tidak ingin juga ada pihak-pihak yang memanfaatkan situasi resesi semacam ini mengambil keuntungan,” jelasnya.

Lanjut Razikin, pemerintah juga harus memberikan harga yang wajar kepada petani, agar petani merasa kehadiran pemerintah di tengah-tengah petani saat harga panen mereka anjlok.

“Soal harga, yang diamankan pemerintah tadi membeli kepada petani itu kita dorong betul, harus masif dengan harga yang wajar karena sekarang ini petani-petani kita di satu sisi pupuk mengalami kelangkaan, di sisi yang lain ketika mereka panen harga turun,” jelasnya lagi.

Pastinya, Razikin mengapresiasi langkah Pemerintah untuk membantu petani dari ancaman resesi ekonomi tahun depan.

“Nah itulah pemerintah harusnya memang kita dorong kita apresiasi dengan membeli harga yang wajar. Sehingga petani merasa untunglah kira-kira begitu,” tutupnya.(Irw13)

Dari berbagai sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here