Oleh : Abi Rekso (Penyuluh Rakyat Akal Sehat)

“Nama Erick Thohir, tidak muncul di MUSRA. Tentu saja, karena dirinya sedang di Kamboja memperjuangkan Sepak Bola. Tetapi menariknya, meskipun nama orangnya tidak ada, kendati prestasi kinerjanya tetap ada ditengah MUSRA. Di akhir acara, Presiden Jokowi mengabarkan kinerja, cerita, dan citra tentang SEPAK BOLA kita!”

Jakarta Istora Senayan 14 Mei 2023, Presiden Jokowi menghadiri sebuah pertemuan akbar Musyawarah Rakyat (MUSRA). Sebagaimana kita tahu dan catat bahwa MUSRA ini adalah sebuah proses politik yang digagas oleh organ-organ relawan Presiden Jokowi. Musra bukan untuk pertama kalinya, kali ini adalah sebuah puncak acara yang selalu digilir pada setiap daerah.

Budi Arie adalah salah satu petinggi Musra, selain ada nama penting seperti Andi Gani dan Panel Barus yang disebut-sebut oleh Presiden Jokowi. Bisa dibilang orang-orang ini adalah “The Jokowi Man”, orang-orang yang siap dengan siap dan sigap menjalankan agenda Presiden Jokowi.

Tidak ada yang menyanggah bahwa mereka adalah orang-orangnya Jokowi yang tegak lurus pada Presiden Jokowi.

Kira-kira Musra itu adalah sebuah panggung politik yang diselenggarakan keliling daerah untuk menjaring figur-figur nasional sebagai kandidat penerus Jokowi. Yakini, Calon Presiden dan Wakil Presiden.

Mekanismenya, sebagai sebuah panggung politik Musra memiliki aturan mainnya sendiri. Itulah yang kemudian menghasilkan munculnya beberapa nama, dan tenggelamnya beberapa nama yang lain juga.

Munculnya nama-nama seperti Moeldoko, Arsjad Rasjid yang tidak muncul dalam penjaringan survey memang menjadi pertanyaan. Namun publik lebih-lebih bertanya, ketika nama AHY, Khofifah, Erick Thohir dan Ridwan Kamil tidak muncul dalam penjaringan nama. Meski janggal secara metoda, MUSRA sebagai jalan politik ya sah-sah saja.

Boleh disimpulkan pada hari puncak, seutuhnya panggung Musra adalah menunggu arahan politik Presiden Jokowi. Apa yang bisa kita tangkap dari pesan Presiden Jokowi?

Jika terus kita ikuti kata-perkata, bahasa demi bahasa makna yang diucapkan Presiden Jokowi ada dua hal penting. Pertama terkait pribadi yang ‘PEMBERANI’, diucapkan dalam pidato utama di atas podium. Kedua terkait wilayah kerja, ‘SEPAK BOLA’. Ada harapan besar Presiden Jokowi dalam Sepak Bola.

Makna pertama, Presiden Jokowi secara afirmatif menginginkan figur dan sosok Presiden Indonesia kedepan yang penuh dengan KEBERANIAN. Seorang Ksatria, yang tidak tunduk pada kepentingan elit semata serta berpihak pada agenda rakyat.

Diksi pemberani, menjadi diskursus utama dalam pidato Presiden Jokowi di Musra. Pemberani adalah figur pemimpin nasional yang bermartabat dan mandiri dalam sikap-sikap politiknya. Dirinya ditentukan atas perenungan kerakyatan, bukan titipan elit.

Dan dalam doorstop media, Presiden Jokowi menyebutkan sepak bola. Itu maknanya apa? Sepak Bola juga menjadi kata kunci harapan Presiden Jokowi.

Tanpa harus menyebut nama terkait figur sepak bola, pernyataan Presiden Jokowi soal sepak bola di penutup Musra adalah utama.

Sepak bola, bukan sekedar olahraga. Hari ini, sepak bola kita terus mengalami lompatan yang luar biasa. Meski gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-22, di Kamboja para Garuda Muda kita bisa membusungkan dada. Ini adalah deretan fakta, bahwa hari-hari ini sepak bola kita adalah kebanggaan.

Tanpa harus mencampur adukan sepak bola dan politik, tapi nyatanya pada masa-masa yang lalu banyak pihak yang berupaya mencampur-baurkan. Hari ini, sepak bola berdiri tegak atas kepentingan bangsa dan negara. Sepak bola menjadi tempat berkumpulnya segala harapan bangsa. Disamping sepak bola juga selalu menjadi pelipur lara dari setiap ketegangan yang ada.

Jadi sudah jelaskan pernyataan sepak bola yang diucapkan Presiden Jokowi, mengarah kepada siapa? Apalagi, harapan tentang sepak bola diumumkan diatas panggung Musra yang begitu sarat dengan agenda politik 2024.

Selalu ada sepak bola diantara kita.

Salam Olah Raga!!

Jakarta, 16 Mei 2024
Abi Rekso (Penyuluh RakyatAkalSehat)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here