PT Pertamina (Persero) dalam waktu dekat akan merampungkan pembelian hak partisipasi (participation interest/PI) Shell di Blok Masela sebesar 35 persen. Perusahaan akan bermitra dengan Petronas dari Malaysia dengan membentuk konsorsium.
Menteri BUMN Erick Thohir memastikan, PT Pertamina (Persero) siap teken sales and purchase agreement (SPA) atau perjanjian jual beli terkait hak partisipasi Blok Masela. Rencananya, penandatanganan perjanjian dilakukan pekan depan.
“Mudah-mudahan (minggu depan), kita tunggu,” ujarnya saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (21/7/2023).
Akuisisi 35 persen hak kelola Blok Masela ini merupakan aksi korporasi Pertamina Hulu Energi untuk pengembangan. Pertamina dan Petronas akan bermitra dengan perusahaan eksisting di Blok Masela, Inpex. Perusahaan asal Jepang itu menggenggam 65 persen hak kelola.
Ia menuturkan, aksi korporasi yang dilakukan Pertamina tersebut untuk pengembangan sektor energi di sisi hulu. Meskipun saat ini penggunaan energi listrik dan bahan bakar nabati mulai berkembang, namun impor minyak mentah masih berjalan.
Oleh sebab itu, dalam upaya menekan impor minyak mentah, perlu dilakukan peningkatan produksi di dalam negeri.
“Kita lakukan aksi korporasi untuk hulu ini, tidak lain untuk mengembangkan sumur-sumur baru atau sumur tua yang harus dieksplorasi lagi. Salah satunya juga pengembangan usaha, termasuk investasi di Masela. Nah itu kita coba mengkonsolidasi aset-aset bagus,” kata Erick.
Adapun mulanya hak partisipasi Blok Masela dimiliki oleh Inpex Corporation dengan porsi saham sebesar 65 persen dan Shell sebesar 35 persen. Pada 2019, Shell pun menyatakan mundur dan melepas hak partisipasinya dari Blok Masela.
Maka perlu dilakukan pengganti posisi Shell untuk menjadi mitra Inpex mengelola proyek gas yang berlokasi di Laut Arafuru, Maluku tersebut. Dalam hal ini, Pertamina akan mengambil alih bagian Shell.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan, Petronas, BUMN migas asal Malaysia rencananya akan ikut bergabung dalam mengelola Blok Masela. Petronas bakal mengambil sebagian dari 35 persen hak partisipasi yang dilepas Shell ke Pertamina.
Porsi persentase hak partisipasi dan besaranan nilai antara Pertamina dan Petronas akan menjadi kesepakatan kedua perusahaan tersebut, alias bersifat business to business (b to b).
Menurut Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, porsi pembagian hak partisipasi 35 persen antara Pertamina dan Petronas masih dalam pembahasan, seiring dengan masih disusunnya share purchase agreement (SPA).
“Tergantung Pertamina dan Petronasnya. Kalau awal, itu 20 persen Pertamina dan 15 persen Petronas. Sekarang masih disusun SPA dan segala macamnya,” kata Dwi saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (7/7/2023).
Dwi menuturkan, penandatanganan SPA tersebut akan dilakukan pada Juli 2023 ini. Dia juga memastikan telah ada kesepakatan harga akuisisi saham antara Pertamina dan Shell di bawah USD 1 miliar.
Dia menjelaskan, alasan Shell melunak menurunkan harga saham kepada Pertamina karena pemerintah sudah melakukan pendekatan kepada perusahaan migas asal Belanda tersebut agar proyek ini bisa segera jalan.
“(Proyek) Shell bukan hanya Abadi Masela ada downstream business juga. Shell masuk di EBT juga masih banyak. Kita ingatkan Anda kan ada bisnis juga di sana sini, di sini negara sangat berkepentingan menjaga energy security dan Abadi Masela ini diharapkan benar,” pungkas Dwi.