Rilis sejumlah lembaga survei yang menempatkan elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di atas 50 persen atau bisa menang satu putaran pada Pilpres 2024, menuai kritikan tajam.
Menyoroti hal tersebut, Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, menyebut survei-survei tersebut bisa dijadikan alat intimidasi, mobilisasi, dan pengondisian.
“Kan Mas Sandiaga sebagai Ketua Dewan Pakar TPN pernah menyampaikan bahwa survei itu selain bisa memotret suara publik, juga bisa menjadi instrumen intimidasi atau untuk mobilisasi, pengondisian,” kata TGB usai menghadiri acara Relawan Mahfud Guru Bangsa di Mataram, NTB, Senin (25/12).
Menurut TGB, survei-survei yang dimunculkan hari ini merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya pengondisian untuk memainkan psikologis publik.
Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD optimis yakin akan ada waktunya elektabilitas calon presiden-wakil presiden nomor urut 3 mengungguli semua pasangan lain di Pilpres 2024.
Lebih lanjut, Wakil Ketua TPN Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi menyebut Ganjar Pranowo-Mahfud MD bakal rebound dan membalikkan keadaan.
“Kita melihat Ganjar-Mahfud rebound ya dan kita yakin rebound maka pada saatnya 14 Februari kita bisa unggul dari pasangan calon yang lain,” ucap TGB, Senin (25/12).
Mayoritas lembaga survei menyatakan elektabilitas Prabowo-Gibran mengungguli semua pasangan lain. Lembaga survei yang dimaksud antara lain Indikator Politik Indonesia, Poltracking Indonesia, LSI, LSI Denny JA, hingga Populi Center dan Litbang Kompas.
Bahkan dalam survei Litbang Kompas terbaru bulan Desember, Ganjar-Mahfud di urutan terakhir. Sudah disalip oleh pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang merangsek ke urutan kedua.