Pada negara yang menghormati nilai-nilai demokrasi, penyampaian suara melalui demonstrasi bukanlah hal yang tabu.
Demokrasi di Indonesia saat ini sedang menghangat seiring munculnya wacana perpanjangan masa jabatan presiden dan wakil presiden.
Pro-kontra bermunculan dari berbagai kalangan, bahkan mahasiswa turun ke jalan untuk menyuarakan pendapat dan pandangannya.
Decky Matulessy selaku Ketua DPW Barikade 98 Jakarta mendukung gerakan mahasiswa turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi sebagai bagian dari nilai-nilai demokrasi yang dijamin oleh undang-undang yang berlaku di Indonesia.
Namun, dia mengutuk keras segala bentuk tindak kekerasan, penganiayaan yang tidak bermoral dan tidak manusiawi yang terjadi kepada Ade Armando di depan gedung DPR- MPR, (11/4/2022).
“Demo yang brutal dan tak manusiawi sangat menodai kesucian demokrasi dan juga masyarakat Indonesia,” ujar Decky Matulessy dalam siaran persnya.
Decky mengaku perihatin dengan banyaknya penumpang gelap pada unjuk rasa yang mengatasnamakan mahasiswa tersebut.
Decky menjelaskan, sebuah aksi pasti ada perangkat aksi, baik aksi terbuka ataupun aksi tertutup. Dirinya menyayangkan kejadian anarkis yang menimpa Ade Armando.
“Ade Armando sendiri setuju dengan isu yang digemakan oleh kelompok mahasiswa yang akan disampaikan. Dengan kata lain Ade Armando datang untuk menyuarakan suara yang sama pada waktu yang sama dan tempat yang sama,” ungkap Decky
“Akan tetapi, justru terjadi penganiayaan di lapangan seperti dari gambar dan video yang beredar luas di media sosial. Dalam video tersebut bisa disaksikan dan dilihat secara kasat mata antara mahasiswa atau pendemo gelap,” paparnya.
Ada penumpang gelap yang kemudian mengambil dan memanfaatkan kesempatan untuk makin memperuncing masalah dan membuat keadaan di lapangan tidak kondusif.
Karena itu, Decky berharap kejadian ini tidak terulang lagi dan meminta agar kasus pengeroyokan Ade Armando harus segera diproses dan ditindaklanjuti oleh aparat kepolisian.
Decky berharap kedepannya demonstrasi bisa berlangsung damai, teduh, dan sejuk. Serta tidak merusak moral dan menodai kesucian demokrasi agar wajah Indonesia tidak tercoreng di mata masyarakat internasional.
Berdemokrasi itu adalah wajar, bahkan perbedaan pandangan itu adalah bagian dari demokrasi itu sendiri. Ini bukan masalah like or dislike.
Ini masalah “kepentingan” yang sengaja merusak nilai demokrasi dan mencoreng wajah demokrasi Indonesia di mata dunia internasional.