Menteri BUMN Erick Thohir melakukan Peluncuran BUMN Startup Day 2022 yang berlangsung di Gedung Kementerian BUMN (Foto Dok. Kementerian BUMN)

Program investasi dan inkubator yang dijalankan perusahaan modal ventura harus berimbang dan tidak boleh hanya memprioritaskan salah satunya. Modal ventura BUMN harus memperkuat kolaborasi dengan perguruan tinggi, lembaga penelitian universitas, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Erick Thohir mendorong suatu kewajiban bagi Venture Capital milik BUMN untuk fokus dan memprioritaskan pendanaan terhadap startup lokal diharapkan akan tumbuh pesat dan bisa bersaing dengan pemain global.

Meskipun tidak semua startup yang didanai menuai keberhasilan. Startup furnitur Fabelio yang didanai MDI sedang mendapat banyak sorotan karena mengalami masalah keuangan dan konflik dengan karyawannya.

Diantara beberapa perusahaan pelat merah telah mendapat amanat untuk berkontribusi dalam Merah Putih Fund (MPF), perusahaan modal ventura dari kalangan BUMN tetap menjalankan bisnisnya masing-masing. Beberapa pemain pun telah bersiap untuk menambah portofolio investasinya. Misalnya, Mandiri Capital Indonesia (MCI) yang merupakan anak perusahaan Bank Mandiri telah menyiapkan dana hingga Rp 100 miliar untuk investasi baru di tahun 2021.

Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan sejak awal BUMN sudah punya sejumlah venture capital. Ada Mandiri Capital, BRI Ventures, Telkom, dan Telkomsel.

“Dan terakhir BNI saya minta buat Venture Capital. Venture Capital di BUMN ini sudah berinvestasi ke 336 Startup dan memang kalau dilihat hari ini sudah banyak yang jadi soonicorn atau unicorn,” ujarnya di depan Presiden Joko Widodo dalam Peresmian Pembukaan BUMN Startup Day Tahun 2022, Senin (26/9/2022).

Selain itu juga ada Merah Putih Fund yang waktu itu juga diresmikan oleh Presiden Jokowi. Dalam Merah Putih Fund, Erick melanjutkan, ketika Startup ini ke mana pengembangan yang valuasinya sudah cukup besar, biasanya BUMN tidak hadir.

“Karena itu lewat Merah Putih Fund kita masuk investasi di situ dengan catatan founder-nya orang Indonesia, perusahaan harus beroperasi di Indonesia dan bayar pajak di Indonesia, dan tentunya diprioritaskan untuk go public di Indonesia. Ini seiring dengan konsep IKN di mana IKN akan lebih friendly ke investasi fintech. Ini yang kita coba rajut,” jelas Erick. 

Sumber : cnbcindonesia.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here