Oleh: Nuryaman Berry Hariyanto

SIAPA sangka, seorang Erick Thohir yang lebih dikenal sebagai entrepreneur dan pebisnis papan atas, tiba-tiba bicara tentang nilai-nilai kebangsaan secara fasih. Bahkan, Erick Thohir mampu mengupas dan memetakan akar permasalahan bangsa hingga memberikan problem solving agar bisa keluar dari persoalan multidimensi, khususnya di tengah pandemi Covid 19 seperti sekarang ini.

‘Merdeka untuk Berdaulat”. Itulah konsepsi yang disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini di acara peringatan Hari Sumpah Pemuda yang dihelat Barisan Rakyat Indonesia Kawal Demokrasi 1998 (BARIKADE’98) di Jakarta, Kamis (28/10/2021), yang dihadiri kalangan aktivis pergerakan.

Kalimat “Merdeka untuk Berdaulat” jelas mengandung nilai-nilai kebangsaan serta sarat makna dan filosofis. Secara sederhana, kemerdekaan yang telah diraih serta diperjuangkan oleh para pahlawan dan pendiri bangsa–di mana saat ini sedang kita rasakan hasilnya–tidak boleh disia-siakan karena akan bermuara ke sebuah kedaulatan bangsa dan negara (nation state) yang hakiki.

Jika segenap elemen bangsa mampu mematangkan kondisi “Merdeka untuk Berdaulat”, dampak langsungnya akan memposisikan Indonesia di kancah global dengan menjelma menjadi bangsa pemenang yang tetap berdiri tegak dengan akar budaya yang kuat. Sehingga, angin bahkan badai sekuat apapun tidak akan mampu merusak elan persatuan dan kesatuan kita.

Kalimat ini juga kembali mengingatkan memori kolektif kita akan slogan perjuangan di masa penjajahan dulu, yakni “Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur”. Dan semangat “Bertanah Air Satu” ini sepertinya sengaja digelorakan oleh Bung Erick Thohir kepada para pemuda dan kaum pergerakan agar amanah sejarah tetap dipertahankan dari generasi ke generasi.

Seketika, konsepsi “Merdeka untuk Berdaulat” yang disampaikan Erick Thohir direspon oleh sejumlah aktivis pergerakan. Dari hasil diskursus berantai, sebagian besar aktivis menilai bahwa Erick Thohir adalah sosok yang sudah mengemban amanah sejarah. Itu terlihat dari pernyataan-pernyataannya yang selalu mengajak untuk menjaga persatuan dan kesatuan dengan menghindari benturan-benturan akibat perbedaan-perbedaan.

Selain itu, juga terlihat dari langkah-langkah strategis Erick Thohir yang selalu berusaha merangkul semua golongan tanpa melihat perbedaan. Sejauh untuk kemajuan bangsa dan negara dan masih dalam bingkai NKRI dan Merah Putih, semua anak bangsa memiliki hak yang sama untuk memberikan kontribusi terbaik untuk bangsanya.

Berikutnya, tinggal bagaimana mengatur orkestrasi. Sehingga meskipun dengan nada dasar yang berbeda tapi tetap menghasilkan simponi harmoni untuk kemajuan dan kejayaan negeri. Itulah spirit dan pesan khusus yang tertangkap dari konsepsi “Merdeka untuk Berdaulat” yang disampaikan Erick Thohir di forum peringatan Sumpah Pemuda yang dihelat BARIKADE’98.

Terakhir, bagi kalangan pergerakan, konsepsi Erick Thohir ini merupakan kristalisasi dari Trisakti yang digagas Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno, “Berdaulat secara Politik, Mandiri secara Ekonomi, dan Berkepribadian secara Budaya”.

Jika konsepsi ideologis dan filosofis ini bisa terwujud dan mampu menggerakkan seluruh urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan lagi menjadi sebuah ilusi kalau Indonesia sungguh-sungguh menjadi “Mercusuar Dunia”.

“Koeat karena Bersatoe, Bersatoe karena Koeat.”

Aktivis’98, Waketum BARIKADE’98

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here