Menteri BUMN Erick Thohir (Foto Dok. Kementerian BUMN)

Peralihan dari pasar manual menuju pasar digital adalah sebuah keniscayaan. Seiring dengan adaptasi perkembangan zaman sudah seharusnya menyesuaikan diri dengan situasi kekinian.

Sebuah peradaban akan merngalami perkembangan yang sangat dinamis selayaknya penemuan menjadi sebuah kebutuhan yang tak akan bisa dihindari.

Begitupun dengan era yang serba cepat maka pasar digital adalah sebuah solusi kebutuhan khusus yang akan mempengaruhi kecepatan, ketepatan  dan kepastian transaksi bagi para pelaku usaha agar dapat sustainable.

Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan pasar digital mendorong inklusi keuangan dan penguatan bisnis UMKM, serta mengantarkan para pelaku usaha untuk naik kelas.

Erick mengatakan, salah satu program yang berhasil mendorong pelaku usaha naik kelas adalah Pasar Digital atau PaDI UMKM. Dia bilang, program ini menjadi salah satu sarana mengarahkan bisnis UMKM pada kepastian dan keberlanjutan usaha.

“Program PaDI UMKM ini juga sejak awal mampu mendorong transformasi BUMN dalam membentuk ekosistem yang melibatkan UMKM. Hingga saat ini, sebanyak 40.000 UMKM sudah bergabung dalam program Pasar Digital UMKM,” kata dalam siaran pers, Kamis (26/1/2023).

Di acara BRI Microfinance Outlook 2023, dengan tema ”Financial Inclusion and ESG: The Road to Equitable Economic Prosperity hari ini, mantan Presiden Inter Milan itu juga mengatakan, bersama 92 perusahaan dan anak perusahaan BUMN sudah menyalurkan pembiayaan Rp 24,4 triliun sepanjang tahun 2022.

“Di tahun ini, target (penyaluran pembiayaan) di tahun ini (2023), Insya Allah, mencapai Rp 50 triliun,” ungkap dia.

Erick menambahkan, transformasi program kolaborasi UMKM bersama BUMN dalam Program PaDI tidak hanya membantu menyerap produk dari UMKM. Program ini juga menjaga agar BUMN tidak bersikap sebagai menara gading yang tinggi menjulang dan tak tersentuh oleh rakyat.

“BUMN bukan menara gading yang tidak tersentuh oleh rakyat. PaDI UMKM juga menjaga agar dapat membantu perjalanan kita menuju Indonesia yang merdeka dan berdaulat,” ujarnya.

Erick mengungkapkan, UMKM merupakan arena kehidupan rakyat, arena perekonomian masyarakat, dan arena untuk mempercayakan harapan besar kala bertahan dengan usaha sendiri.

“(UMKM itu) bukan hanya untuk melompat jauh dengan inovasi. Seringkali, usaha rakyat ini dilakukan hanya untuk bertahan hidup sehari – hari,” ujarnya.

Untuk memperkuat inklusi keuangan pada UMKM ini, Erick menekankan peran BRI sebagai Holding Keuangan Ultra Mikro. Sebab BRI, sejak awal, telah konsisten berfokus pada pengembangan perekonomian dan keuangan rakyat.

“Terutama dalam menjalankan target kita dalam menyalurkan pembiayaan dan pendampingan hingga kini. BRI berhasil mengintegrasikan 34 juta nasabah dari target 50 juta nasabah melalui holding ultra mikro,” kata Erick.

Erick mengungkapkan, 34 juta nasabah holding ultra mikro itu terdiri atas 14 juta nasabah mikro BRI, 6,8 juta nasabah mikro PT Pegadaian (Perseroan), dan 13 juta nasabah PNM Mekaar. Khusus untuk PNM Mekaar sudah menyalurkan Rp 156,79 triliun.

“Kita harus memastikan program-program inklusif yang mendorong UMKM naik kelas, dapat berjalan berkelanjutan. Karena melalui UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian rakyat juga lah dapat kita atasi persoalan yang dihadapi, hingga meraih Indonesia merdeka dan berdaulat,” ujar Erick.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here