Pertamina menjadi salah satu perusahaan pelat merah yang masuk dalam peringkat 100 perusahaan terbesar di dunia dan memiliki pendapatan terbesar di Indonesia untuk satu tahun fiskal. Bahkan Pertamina berhasil masuk 500 perusahaan terbesar dunia berdasarkan pendapatannya dalam satu tahun fiskal.
Ini juga menjadi salah satu keberhasilan Menteri BUMN Erick Tohir dalam memimpin transformasi di perusahaan milik Negara. Sehingga yang dilakukan Menteri Erick dapat dibaca sebagai pengakuan global terhadap kesuksesan transformasi BUMN
Dengan begitu, perusahaan BUMN menjadi lebih profesional, berorientasi pada Good Corporate Governance. “Dan pada saat yang bersamaan juga tetap menjaga fungsinya sebagai kepanjangan Negara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Peringkat itu menjadi pengakuan terhadap hasil kerja keras untuk melakukan transformasi BUMN yang selama ini dijalankan oleh Menteri Erick Thohir. Namun tantangan selanjutnya adalah bagaimana BUMN yang sudah masuk 100 perusahaan terbesar di dunia dapat terus bertahan dan memperkuat posisinya.
Selain itu tantangan selanjutnya adalah bagaimana BUMN yang berprestasi tersebut dapat menjadi panutan serta mengangkat BUMN lainnya untuk dapat masuk dalam peringkat 100 perusahaan terbesar di dunia tersebut.
Menteri BUMN Erick Thohir menginginkan lebih banyak lagi perusahaan pelat merah masuk daftar 100 perusahaan terbesar dunia. Konsolidasi BUMN jadi salah satu langkah yang diambil.
Untuk diketahui, BUMN memiliki kekayaan sebesar USD 1,2 triliun atau hampir setara dengan setengah dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Besaran ini didukung oleh sektor telekomunikasi, minyak, semen, hingga bisnis penginapan. Secara keseluruhan mereka mencatatkan pendapatan sekitar USD 155 miliar dan pendapatan internet USD 8 miliar dalam setahun terakhir.
Guna meningkatkan efektivitasnya, Erick Thohir, telah mengkonsolidasikan 108 perusahaan menjadi 41 perusahaan dan menempatkannya dalam 12 klaster perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan perusahaan ekstra dengan skala dunia. Tahun lalu, Indonesia hanya memiliki satu perusahaan dalam daftar Fortune 500, yakni Pertamina.
“Saya ingin mendorong semakin banyak BUMN menjadi top 100 atau 500 perusahaan dunia,” kata Erick, mengutip Financial Times via Newsncr.com, Selasa (11/10/2022).
Sebagai salah satu langkah mendukung rencananya, Kementerian BUMN telah menyatakan sedang merencanakan 14 IPO dari BUMN. Dimulai dengan USD 1,3 miliar tahun lalu yang didapat dari melantainya perusahaan menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.
Selanjutnya, Erick Thohir mengatakan setelah Pertamina Geothermal, Pertamina Hulu dapat mencatatkan IPO pada tahun berikutnya. Sedangkan Pertamina International Shipping, sebuah perusahaan logistik minyak dan bensin, juga dapat mempertahankan IPO atau mengumumkan mitra strategis.
Cari Modal Asing
Disamping itu, pihak terkait dapat mencari mitra luar negeri untuk menyetor modal ke International Healthcare Co, sebuah perusahaan penggabungan rumah sakit BUMN. Dimana terdiri dari berbagai perusahaan yang telah menjadi operator rumah sakit terbesar di negara itu.
IHC sendiri sedang mencari pendamping untuk pusat “wisata kesehatan” di Bali. Mayo Clinic yang berbasis di AS berperan sebagai penasihat usaha tersebut.
Sementara itu, analis menyatakan perusahaan milik negara Indonesia telah menarik pendamping bagi pembeli luar negeri di industri geopolitik yang rentan seperti pertambangan. LG Energy Solution Korea Selatan dan CATL China baru-baru ini menandatangani perjanjian dengan perusahaan milik negara Indonesia Battery Corp dan Aneka Tambang untuk penyediaan nikel.
“Perusahaan global merasa aman ketika mereka berbicara dengan perusahaan milik negara dan mereka mengatakan ‘kami akan menjamin pasokan sumber daya alam ini’,” kata Kyunghoon Kim, rekan analisis afiliasi di Institut Korea untuk Kebijakan Ekonomi Internasional, yang telah lama sebagai pengamat Indonesia.
Sumber : liputan6.com