Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendorong agar proyek hilirisasi di sektor tambang dapat terus digenjot. Hal ini dilakukan supaya ketergantungan RI dengan negara lain dapat berkurang.
Menurut Erick, peta perekonomian ke depan akan bergeser dari globalisasi ke arah regionalisasi. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia yang merupakan kawasan dengan penduduk terbesar keempat di dunia.
Erick Thohir terus berupaya konsisten dan bekerja maksimal demi mendongkrak perekonomian masyarakat. Ia mengatakan saat ini kondisi ekonomi Tanah Air menunjukkan catatan yang sangat positif.
Oleh sebab itu, sudah saatnya Indonesia mempersiapkan ekosistemnya sendiri. Bukan lagi mengikuti ekosistem negara maju seperti China atau Amerika Serikat.
“Sejak dulu kita dieksploitasi SDA-nya, dari zaman Belanda terus dieksploitasi, dipakai untuk pertumbuhan negara lain. Hari ini kita pastikan yang namanya hilirisasi harus terbentuk,” kata Erick dalam acara Kuliah Umum Menteri BUMN, Sabtu (23/4/2022).
Erick berharap ke depan Indonesia tidak hanya mengirimkan bahan-bahan mentah atau raw material ke luar negeri, melainkan pada ekspor barang setengah jadi yang mempunyai nilai tambah. Mengingat, persentase ekspor bahan baku Indonesia menyentuh angka 50%, sementara negara lain sudah di bawah 20%.
“Sedangkan hilirisasi meningkatkan nilai tambah dan pembukaan lapangan kerja yang harus tercipta di sini,” kata dia.
Ia pun meminta agar BUMN tambang dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses hilirisasi SDA. Salah satunya dengan membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter).
Misalnya, untuk komoditas nikel. Dulunya nikel kurang begitu bernilai, namun sekarang dengan masifnya pengembangan mobil listrik, menjadikan komoditas ini incaran dunia. Karena itu, Erick tak menginginkan pasar yang cukup besar ini didiamkan begitu saja.
“Kita pernah kalah dari Thailand, di mana Thailand jadi pusat produksi mobil. Hari ini harus kita balikkan, karena kita ada baterai nya. Kalau gak mau lakukan di sini gak usah ambil nikel kita,” kata dia.
Pengelolaan kekayaan alam maksimal melalui perusahaan di BUMN memberikan dampak positif yang telah dirasakan masyarakat.
“Kalau kita lihat, kondisi Indonesia ini sempurna. Kita punya nikel, kita punya kelapa sawit, dan kita juga punya gula, untuk etanol, atau (bisa juga) jagung untuk etanol,” kata Erick Thohir.
Dia mengungkapkan tidak akan berdiam merelakan pengelolaan bahan mentah dalam komoditas perdagangan utama tidak dilakukan oleh perusahaan internasional.
Dia bertekad akan terus menggencarkan kebijakan hilirisasi yang sudah dimulai sejak lalu.
Di sisi lain, dia menyebut mengetahui langkah Uni Eropa yang sengaja sudah mengeluarkan Green Industrial Plan. Itu artinya Uni Eropa menutup pasar Eropa secara pelan-pelan.
“Jadi mereka maunya, market kita harus dibuka, tetapi market mereka harus ditutup, dengan alasan karena memang Eropa sedang mengarah ke resesi,” jelas Erick.
Tercatat sejak dipimpin Erick Thohir otal aset BUMN telah mencapai sekitar Rp 9.000 triliun di 2021 atau sekitar 53 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Capaian tersebut menjadi bentuk nyata membantu menciptakan iklim perekonomian yang sehat.
Sementara, Badan Pusat Statik (BPS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun 2022 mencapai 5,31 persen.
Angka tersebut sesuai dengan target APBN 2022 yang dipatok pemerintah sebesar 5,1 atau 5,3 persen.