Menghadapi hantaman resesi yang melanda berbagai negara di dunia, Erick Thohir menunjukkan sikapnya yang optimis. Menurut Menteri BUMN Erick Thohir, pertumbuhan Indonesia masih 5 persen.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia, walaupun diprediksi dunia resesi, kita masih 5 (persen). Banyak angka-angka pertumbuhan negara lain, termasuk negara-negara G20, itu masih sangat jauh di bawah kita,” ujar Erick Thohir kepada wartawan di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat, Kamis (2/2/2023).
Namun, Erick juga mengingatkan Presiden Joko Widodo telah mewanti-wanti tetap waspada, meski ekonomi Indonesia tetap tumbuh.
Kemarin IMF sudah bikin statement sepertinya dunia akan terhindar dari resesi berat, tetapi Pak Presiden kemarin menyampaikan tetap waspada,” kata Erick
Sebelumnya sempat diberitakan IMF dan Bank Dunia memprediksi pada 2023 terjadi pelambatan ekonomi. Dari proyeksi ekonomi yang sebelumnya tumbuh 3,2% turun menjadi 2,7%.
Sementara itu, Sri Mulyani mengatakan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 diperkirakan berada pada level 5,2-5,3%. Sementara di 2023, Dana Moneter Internasional (IMF) baru merevisi ke bawah proyeksi ekonomi Indonesia dari 5% menjadi 4,8%.
“Pertumbuhan (ekonomi) 2023 diperkirakan sedikit melambat akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Ini dibandingkan 2022,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (31/1/2023).
KSSK sendiri terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Keempat institusi itu dipastikan terus berkomitmen untuk memperkuat koordinasi dan menjaga kewaspadaan terhadap berbagai perkembangan dan kemungkinan terjadinya risiko dari faktor global.
“Stabilitas Sistem Keuangan pada triwulan IV-2022 terus membaik di tengah optimisme terhadap pemulihan ekonomi yang terus berlanjut dan menguat seiring membaiknya indikator perekonomian dan sistem keuangan Indonesia atau domestik,” tutur Sri Mulyani.
Meski tekanan global disebut mulai mereda pada triwulan IV-2022, Sri Mulyani menyebut masih ada risiko yang perlu dicermati bersama. Tekanan inflasi global dianggap masih tinggi dan pengetatan kebijakan moneter di negara maju diperkirakan mendekati titik puncaknya sepanjang 2023 ini.
“Ke depan ekonomi global diperkirakan akan tumbuh lebih lambat akibat fragmentasi geopolitik dan masih adanya kemungkinan terjadi resesi di AS dan Eropa,” ucap Sri Mulyani.
sumber:detik.com