Menyaksikan pertandingan MU vs Aston Villa malam tadi. Masih sangat menyesakkan buat saya. Knapa ?
Tidak sedikit pun Manchester United menunjukkan dirinya tim berkelas dunia. Sedih berlipat lipat …
Mereka hanya unggul dipersonal skill. Dan pantas saja pertahanan MU rontok. Tidak hanya itu. Setan Merah pun keok di kandang sendiri.
Ingat lho, Old Trafford itu sangat berkharisma. Otoritas stadion punya legalitas sendiri disukma lawan. Belun sikulit bundar bergulir, rasa kalah sudah dikantongi. NGERI KAN !!!!
Siapapun takut masuk ini stadion.
Stadion keramat !!!
Belun lagi jersey Setan Merah tambah lagu Glory Glory Man United. Ngga sembarang kuping, sanggup mendengar pekikan mars GGMU ini.
Manchester United seperti kehilangan arah malam ini.
Siapa yg ngga kenal Ronaldo. Cavani. Pogba. Bruno Fernandez. Lingard. Tidak berdaya malam tadi. Aselik lunglai.
Mereka ngga ada yg drive. Bermain dengan insting saja. Tidak ada arahan.
Manchester United malam ini seperti sebuah orkestra yang kehilangan dirigen. Setiap pieces instrumennya bermain dengan iramanya sendiri.
Dan yg paling menyedihkan, ketika irama mulai terbentuk eh si Greenwood malah mengeluarkan ‘album solo’ ditengah orkestra. Dia lupa atmosfir yang membesarkannya.
Manchester United malam ini semakin benar terlihat bermain tanpa pelatih.
Bahkan kalo saya analisa, jauh dari beberapa laga pertandingan sebelumnya, pemain hanya menghandalkan perasaan sebagai pemain bola saja.
Permainan mereka tidak dikontrol detik per detik. Kesalahan pemain dimaafkan begitu saja.
Tanpa ada teguran keras. Bahkan bila perlu, ditarik dari lapangan pertandingan. Karna pasti menganggu mental tim.
Kegagalan Bruno Fernandez mengekskusi penalti, pasti tak lepas dari beberapa kekesalan dia terhadap Greenwood yang ‘ngga rela’ membagikan bola.
Yang bikin Greenwood besar kepala, punishment tak ada dari pelatih. Berkali kali Greenwood mengolah sendiri si kulit bundar di depan gawang lawan. Dan hasilnya nihil !!!
Ini makin memperburuk irama orkestra yang biasa sedap didengar dari Old Traford.
Dari laga Manchester United malam tadi, gue bisa belajar betapa pentingnya menjadi seorang pemimpin. Bukan hanya sekedar mengorkestra irama.
Kejelian menemukan kesalahan satu nada saja.
Adalah penting. Ada irama yg keluar partitur, ‘hentikan’ sejenak. Ato sekedar berimprovisasi. Dan kemudian mengokestrakan lagi dengan smooth …
Sebagai pendengar mungkin saja kita bisa mendengar fals nya, tapi ketika ada jeda. Ato improvisasi. Malah terlihat jadi sebuah kreatifitas pemimpin. Musik jadi sedap jadinya didengar. Padahal irama sebentar keluar partitur …
Malam ini saya makin sedih lagi, karna sebagai pelatih MU, Ole malah lebih banyak asik duduk manis di sofa kulit di atas tribun. Tidak ada dia turun ke lapangan hijau teriak ke sana ke mari membakar anak timnya. Ole kek ‘menikmati’ kekalahan ini … Jauh beda banget ama pelatih-pelatih MU sebelumnya yang gue kagumi. Aselik jauh banget !!!!
Ato ntah mungkin juga, Ole sedang kesal karna pemasukannya lebih kecil dibanding Ronaldo, Cavani ato Pogba.
Ngga tau juga, wkwkwk …
Tapi yang pasti …
Dari laga Manchester United malam tadi saya banyak belajar soal kepemimpinan. Model kepemimpinan kita jangan sampe kek Mang Ole ya …
Sang pemimpin yang hanya berharap kemenangan tim pada skill personal dan handalkan kekuatan semesta.
Ingat, spirit sepak bola, kapanpun dimanapun tetap sama.
Namanya KERJASAMA TIM.
Bukan SAMA SAMA KERJA.
Dan semua harus terkoordinasi benar oleh sang pelatih.
Btw sebesar apapun kesalku.
Manchester United tetap kok pujaanku.
As the reds go marching on.
Glory Glory Man United !!!
Glory Glory Man United !!!
Peter Julio Tarigan
Anak Medan Bucin MU Selalu