Edi Suryaman Kepala Unit BRI Pejagalan cabang Jelambar saat survei nasabah pedagang masker dan aksesories di Pasar Pagi Asemka, Jakarta.

Banyak pengusaha UMKM tidak mempunyai strategi dalam menetapkan harga jual, jangankan strategi bahkan banyak juga yang tidak tau harga pokoknya berapa, mereka menjual hanya ikutan harga pasar saja.

Kalau kita beli kopi di warung harganya 7.000 rupiah lalu kenapa ada cafe yang bisa menjualnya dengan harga 40.000 rupiah, tentu ada strateginya.

Ada perusahaan yang hanya mengambil untung 10% saja tapi ada juga yang mengambil untung sampai 50% bahkan 1000%.

Bahkan ada sekolah  dikawasan elite yang mencoba menggratiskan uang pangkalnya, namun tetap saja sedikit sekali muridnya, tetapi anehnya ketika kepala sekolah berani memasang tarip uang pangkal ratusan ribu rupiah, tiba-tiba saja banyak siswa yang mau mendaftar.

Kita bisa saja menjual barang dengan harga yang sangat murah seperti barang-barang made in China, biasanya dengan kualitas barang yang rendah tetapi volume penjualannya sangat besar.

Bisa juga kita menjual dengan harga murah dengan kualitas barang yang cukup baik tetapi ini tidak mudah dilakukan. Ini yang paling diinginkan oleh konsumen, kalau kita bisa melakukannya maka barang kita akan laris.

Ada juga orang yang menjual dengan harga tinggi walaupun kualitas barangnya biasa-biasa saja. Seringkali ini dilakukan dengan cara-cara yang tidak sehat misalnya dengan menyuap bagian pembelian.

Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan ketika akan menetapkan harga jual misalnya daya beli masyarakat, volume penjualan, harga pasar, pesaing, kapasitas produksi, teknologi, mesin, sumber daya manusia, dan lain sebagainya.

EDI SURYAMAN

Pemerhati UMKM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here