Bukti diatas segala bukti, bahwa keberagaman adalah sebuah keniscayaan diatas Bumi Tuhan.
“Menggoreng” identitas tanpa menyuguhkan kapasitas kesetaraan akan merobek “damai dan Harmoni” bumi. Lebih dari itu, menegasikan perbedaan ciptaan Tuhan adalah sebuah kejahatan kemanusiaan yang paling biadab.
Sebagai bangsa yang realitas rajutannya dari beragam warna yang berbeda, sudah seharusnya tidak memproduksi kebencian karena “warna” . Justru keberagaman itu menjadi keindahan dan penguat agar Bangsa semakin kuat dan beradab.
Saya punya pengalaman pahit menyayat hati terjadi berulang-ulang di lintas kehidupan, ketika saya dicabik hanya karena saya “Ras’ berbeda. Sangat menyakitkan.
Indonesia ini di bangun dari keragaman, semua punya peran sebagai elemen yang menjadikan Indonesia Merdeka.
Semua Ras punya prilaku baik dan sangat baik, namun semua ras juga punya oknum berprilaku buruk. Menggeneralisir ras dengan sematan negatif adalah pikiran picik melilit hati yang sempit yang justru merobek TENUN KEBANGSAAN ini.
*
Karena hanya kepentingan politik, misalnya, di produksi seakan ras “Arab” lebih berjasa di Nusantara ini di banding etnis impor lainnya. Bahwa ada ras Arab berjasa tidak di pungkiri dan itu di akui. Namun belantara jasa untuk Indonesia Merdeka ada juga peran jasa etnis Tionghoa disana. Begitu juga dengan jahitan jasa-jasa semua etnis yang punya sumbangsihnya.
Bahwa ada oknum etnis Tionghoa yang mengoyak rasa keadilan juga tidak kita tutup mata. Toh oknum etnis lain juga banyak melakukan hal yang sama. Jadi berpikir jernih saja kita, sama hal nya – kita tidak boleh menyamaratakan – bahwa semua “arab” itu suka “kawin kontrak” karena birahi “untanya” yang liar. Prilaku itu berlaku untuk semua oknum dari latar suku beragam.
Ngomong berbusa-busa anti “Cina”, sementara peralatan dan perangkat yang digunakannya sehari-hari saja semua buatan china. Baju “koko” yang ngaku islami itu juga sejatinya “milik” etnis Tionghoa yang telah diadaptasi. Belum lagi makanan sehari-hari, hampir semua berasal dari adaptasi “china”. Lalu mengapa kita harus berpikiran sempit ?
Yang menjijikkan, ngaku nasionalis, tapi Scatter produk Tiongkok sangat rajin di “putar” dan mengirim pundinya ke “luar”, dibanding memutar “tasbih” untuk dzikir yang juga benda dan budaya-nya berasal dari spirit China kuno.
Nasionalisme itu ada tempat dan cara merawatnya. Indonesia adalah negara Kesepakatan dari keberagaman.
*
Sumpah Pemuda yang di ikrarkan para pemuda-pemudi dari penjuru Nusantara pada 28 Oktober 1928 berlangsung di Jalan Keramat Raya 106 Jakarta, di rumah Sie Kong Lian – etnis Tionghoa. Pada saat itu juga diperdengarkan lagu Indonesia Raya pertama kali oleh WR.Supratman setelah di rekam di studio milik etnis Tionghoa, studio lain sebelumnya tidak berani merekamnya.
“Selamat Hari Sumpah Pemuda”, Bhinneka Tunggal Ika, Berbeda-beda Tetap Satu Jua.
Masri Amin – Barikade 98