MATRANEWS.id — Ini yang mungkin sangat jarang diketahui masyarakat luas bila ternyata Presiden Jokowi sudah 21 kali menolak pemberian gelar doktor honoris causa dari berbagai lembaga perguruan tinggi di dalam dan luar negeri.
Pernah, Gubernur Sumatera Barat Prayitno sempat menanyakan sesaat penolakan pemberian gelar dari salah satu lembaga di Sumbar, dan Jokowi hanya menjawab: “Saya kan hanya insinyur kehutanan dari UGM. Itu saja sudah cukup..” sambil tersenyum khas Jokowi.
Ini bukti bahwa Jokowi adalah sosok yang sangat sederhana, tidak gila hormat, tidak mabuk gelar, dan apa adanya saja.
Namun demikian bukan berarti tidak menghormati kepada yang ingin memberikan gelar dimaksud, tentu saja Jokowi sangat mengapresiasinya dengan kepribadiannya, kinerjanya, prestasinya, cara berfikir sekelas doktor, walau tanpa gelarnya.
“Tanpa gelarpun, bagi rakyat yang cerdas, Jokowi sudah dianggap sebagai doktor infrastruktur dan doktor yang menyejukkan rakyatnya.”
Joko Widodo mengaku keberatan saat akan dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Solo. Mantan Wali Kota Solo tersebut mengaku dirinya belum layak menerima gelar tersebut.
“Buat saya berat itu. Saya ini orang bodoh kayak gini. Berat lho, jangan sampai kita mendapatkan sesuatu yang sebenarnya kita belum layak. Saya pikir-pikir dulu, ini berat,” ujar Jokowi
Bagi orang yang paham arti gelar akademis, kalau makin banyak orang tahu bahwa dia punya gelar akademis tinggi tetapi prestasi kerjanya rendah, maka pasti akan menjadi bahan olok olok dan pergunjingan sosial yang negatif. Apalagi kalau IPK nya 4.0
Lebih baik dan lebih nyaman dipersepsi sebagai orang bodoh tetapi diakui prestasi kerjanya sebagai pakar tingkat tinggi. Jadi tidak punya beban mental sedikitpun.
Itulah penerapan dari filsafat bisa rumangsa. Orientasinya prestasi. Bukan prestise.
Jokowi adalah contoh orang yang sudah sampai pada tataran kehidupan rupadatu, fase dimana manusia masih hidup dikelilingi oleh harta benda, tetapi sudah melepaskan ikatan nya.
Merasa hidup sudah cukup dan bersedia berbagi.
Sumber : Redaksi – Ekonomi 21/11/2019