Aliyaah Mireida Sep 03, 2022
Untuk ke sekian kalinya, mahasewa menyajikan lawakan kelas dewa.
Kali ini, kelakuan bobrok itu ditampilkan seorang Yunus Pasau. Dia adalah orator yang berasal dari UNG, dan kelakuannya benar-benar membuat malu.
Di tengah demonstrasi menolak kenaikan harga BBM, yang akhirnya naik juga, warganet bukannya mendapat penampilan yang mengundang simpati, namun lagi-lagi matanya tertohok dengan perilaku sampah dari Yunus yang dengan lantang menyebutkan Presiden Indonesia dengan kelamin, dan bodohnya, rekan-rekannya malah bersorak gembira.
Kalian ini sebenarnya berdemonstrasi atau ingin minta dihina sih? Atau mental kalian benar-benar sebobrok itu, sampai kalian tidak sadar sudah mempermalukan diri sendiri?
Semakin hari, perilaku para mahasewa ini semakin membuat jijik. Belum lagi kelakuan mahasewa yang berdemonstrasi menolak kenaikan harga BBM tapi menyasar Gibran dan menyeret statusnya sebagai anak presiden, dan bukan walikota Solo, yang notabene tidak ada kaitan dengan kebijakan pusat sampai menyebut-nyebut priviledge segala.
Apalagi sekarang sudah bulan September. Ditambah isu kenaikan BBM yang tinggal dicampur dengan bahan tahunan PKI, sudah cukup untuk sebuah kue ulangtahun yang hanya bisa dinikmati mereka sendiri. Para mahasewa ini sudah bisa kumpul bareng grup oposan lain untuk mempersembahkan kue busuk itu buat Mantan Jendral yang cuma muncul setahun sekali, siapa lagi kalau bukan Gatot Nurmantyo.
Jujur saja, saya mau tanya rektor Yunus Pasau masih punya muka atau tidak begitu mendapati segerombolan mahasiswa yang membawa nama almamaternya bersikap tidak seperti mahasiswa, tapi lebih seperti sekumpulan orang tidak berpendidikan yang otaknya tidak jauh dari selangkangan.
Eh, kalau selangkangan sih bukan cuma hobi mereka saja ya, karena saya jadi ingat wagub yang menyarankan poligami sebagai solusi melawan HIV hahaha…
Kalau saya yang jadi rektor sih, nggak pakai lama, langsung saya pecat kumpulan mahasewa memalukan itu. Masa sudah selevel mahasiswa, masih tidak bisa membedakan mana kritik dan mana hinaan? Mereka sadar tidak sudah menghina simbol negara, dan itu sama saja menghina seluruh rakyat Indonesia?
Astaga, mereka ini, terutama Yunus Pasau ini, betulan kuliah atau hanya sampai pagar saja?
Yah, tapi kalau isi kepalanya sudah ketinggalan dirumah Gatot atau di rumah siapapun yang mengirimi logistik mereka sih, jelas saja kesadaran diri mereka sebagai bangsa bisa mencapai level minus. Karena kalau nalarnya ada sedikit saja, mereka akan bisa membedakan mana kritik dan mana penghinaan.
Sekarang tinggal tunggu saja apakah pihak kepolisian akan bergerak cepat menangani kasus yang sudah ramai oleh netizen ini. Dan lihat juga apa jargon PRESISI benar-benar akan menghasilkan restorative justice yang betulan presisi. Jangan sampai karena dia sempat menyebut assalamualaikum lalu mungkin kemudian meminta-minta maaf dengan membawa segala dalil, hasilnya adalah voucher materai sepuluh ribu. Dalam kasus ini, voucher yang didapat bertema September Ceria Ala Gatot.
Menurut saya sih seharusnya mahasewa ini tidak dapat voucher sepuluh ribu, karena dia tidak memaki pribadi Pak Jokowi sebagai pribadi, melainkan Presiden Indonesia, dan itu dua hal yang berbeda sama sekali. Saya harap Polri menunjukkan kinerja yang sama gercepnya dengan saat menangkap para penimbun BBM yang mengincar momentum kenaikan BBM meskipun kenaikannya sendiri tidak seberapa. Saya berharap Polri tetap berjuang menunjukkan yang terbaik ditengah ujian yang menerpa mereka.
Tapi setidaknya ada hikmah dengan adanya grup mahasewa ini. Masyarakat bisa semakin terbuka matanya terhadap keberadaan pihak-pihak yang merongrong negara. Meskipun kesadaran yang saya bicarakan memang tidak akan nyambung dengan kadrun, tapi setidaknya yang non-kadrun masih jauh lebih banyak meski tidak berisik kaya mereka.
Dalam kejadian ini, saya menyayangkan diamnya sekian banyak mahasiswa lainnya yang bisa dianggap mahasiswa betulan dan bukan mahasewa. Kalau pun ada yang bersuara, jumlahnya benar-benar hanya sedikit saja. Namun begitu, saya yakin bahwa masih banyak mahasiswa seperti seorang yang berhasil mempermalukan Rocky Gerung, Profesor Dungu yang juga pernah diundang UNG yang merupakan almamater dari Yunus Pasau, dan itu menandakan masih adanya harapan bagi negara ini.
Di sisi lain, mungkin untuk membantu mengurangi tingkat kebobrokan mahasewa dan mungkin bisa mengembalikan mereka menjadi mahasiswa, semoga makin banyak universitas yang menolak Profesor Dungu itu, dan semoga ini jadi pelajaran bagi UNG agar tidak lagi mengundang orang bermental bobrok seperti itu kalau tidak mau bergenerasi mahasiswa yang dididiknya turut bobrok dan tidak tahu cara menghargai negara sendiri.
Sumber : cnnindonesia.com